Senin, 09 Juni 2014

Perbedaan Gaya Kepemimpihan Capres Jokowi dan Capres Prabowo

Setelah saya analisa, saya melihat tiada yang luar biasa dari debat Calon Presiden Prabowo/Hatta dan Joko Widodo/JK, Senin 9 Juni 2014 tadi malam. Semuanya datar-datar saja. Jokowi sendiri, menurut pengamatan saya, seperti tidak sedang menjadi dirinya sendiri. Untungnya JK dengan pengalaman yang lebih memadai, mampu menjadi pelengkap dengan penampilan dan argumentasi yang lebih natural. Kita sepertinya lebih merindukan Jokowi dengan gaya komunikasi "ala kampungnya" ketimbang ditreatmen sedemikian rupa agar kelihatan dan kedengaran lebih keren.


Pada sisi lain, yang justru lebih menarik kita analisa adalah sikap Jokowi yang mempraktekkan dengan cemerlang prinsip-prinsip kepemimpinan sepenjang proses debat. Jokowi secara sadar tidak memonopoli perdebatan dan waktu yang tersedia. Malah ia sesekali mengoperkan, atau malah mendahulukan JK untuk menanggapi pasangan Prabowo/Hatta. Sementara pemimpin lain ingin menunjukkan dirinya lebih hebat, lebih mampu, lebih menguasai, Jokowi langsung meneladankan kepada publik bahwa pemimpin tidak harus menguasai sendiri panggung yang tersedia. Pemimpin harus mau dan rela berbagi dengan mitra. Inilah prinsip-prinsip kepemimpinan yang sering diabaikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jokowi berhasil menunjukkan bahwa ia mengandalkan kinerja tim ketimbang single star. Ia seolah ingin mengonfirmasi kepada publik bahwa ia siap berbagi peran dan kekuasaan dengan Pak JK jika kelak mereka terpilih menjadi Presiden RI ke 7. Sehingga, ke depan kita akan melihat bahwa Wakil Presien RI juga mengamban fungsi strategis dalam menjalankan roda pemerintahan. Bukan hanya ban serap dan lebih sering hanya ditugaskan hadir dalam acara-acara seremoni. Presiden dan Wakilnya harus dapat bersatu padu dalam visi, tetapi sama-sama berperan aktif mengambil keputusan-keputusan penting nan strategis dalam bidang yang telah disepakati bersama di antara keduanya. Wakil tidak tergantung kepada Presiden dalam koridor yang tentu saja konstitusional. Berbagi peran adalah inti dari Manajerial Moderen.

 Kekuasaan tidak harus menumpuk pada satu orang. Semakin terdistribusi kekuasaan itu, maka semakin besar potensi lebih cepat diimplementasikan di lapangan. Tidak ada yang saling tunggu antara satu dengan yang lain. Eksekusi segera bisa dilaksanakan manakala dibutuhkan.

Sementara itu, Prabowo sepertinya masih ingin memonopoli. Ia lupa memberikan porsi yang memadai bagi pasangannya. Bagi Prawobo : I am the real star, sedangkan Hatta, only part of the star.
Di sinilah letak perbedaan yang menonjol yang dapat kita amati antara Pasangan No 1 dan No. 2. Tetapi bagi kita, semua itu sebatas analisa pemirsa dari jauh. Yang paling penting dan terutama adalah, melalui pemilu Presien/Wakil Presiden kali ini, kita ingin membangun fondasi yang lebih kokoh bagi demokrasi yang lebih berkualitas demi kejayaan bangsa ke depan, sedangkan soal siapa Presiden dan Wakil Presiden, itu No. 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar