Senin, 09 Juni 2014

PIALA ADIPURA

Pagi-pagi membaca koran Tanjungpinang Pos. Yang disorot pers adalah Pemko Tanjungpinang tidak berhasil mendapatkan Piala Adipura pada tahun 2014. Piala yang dijadikan sebagai kriteria penilain baik buruknya penataan lingkungan sebuah Kota.


Bagi saya Piala Adipura itu bukan yang utama. Mendapat Piala Adipura ataupun tidak adalah hal yang minor. Sebagai masyarakat kita lebih membutuhkan upaya-upaya serius berkelanjutan dari Pemerintah dalam hal pengelolaan/penataan kota ini ke depan.

Sebut misalnya kebijakan penanganan sampah. Pemerintah harus membuat aturan yang jelas mengenai kebijakan persampahan. Membangun fasilitas tempat pembuangan sampah di titik-titik tertentu yang mudah dijangkau masyarakat. Pemko juga harus tegas kepada pengembang di Tanjungpinang agar setiap developer wajib menyediakan/membangun tempat sampah. Fakta hari ini, kebanyakan developer, tidak pernah membangun tempat pembungan sampah di area perumahan yang mereka bangun. Akhirnya, warga masyarakat penghuni perumahan, menumpuk sampah di depan rumah hingga berhari-hari, sampai mengeluarkan bau busuk, baru kemudian dijemput tukang sampah.

Contoh lain, sebagai kota yang sedang berkembang, khususnya di daerah Kecamatan Tanjungpinang Timur, sentuhan Pemko Tanjungpinang untuk mengantisipasi banjir di masa yang akan datang belum terlihat memadai. Banyak perumahan baru dibangun di wilayah ini, tetapi sama sekali tidak melalui perencanaan drainase yang baik. Tidak ada kejelasan berapa lebar drainase yang harus dibangun developer, berapa ke dalamannya, bagimana aturan tentang seberapa jauh drainase dibangun dari jalan raya. Semua masih berjalan sendiri-sendiri, sepotong-sepotong. Kita merasakan belum ada kemauan dari Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk mengatasi hal-hal yang cukup serius ini.

Hal lain yang lebih mengganggu adalah soal kebijakan pembangunan gedung. Developer dan warga masyarakat membangun gedung baik rumah maupun ruko sesuka hati tanpa memperhatikan keserasian gedung dengan jalan raya, drainase maupun lingkungan sekitar. Kebanyakan kelihatan amburadul. Semakin lama, kita semakin merasakan setiap orang berperilaku semau gue. Sementara pengawasan dari pemerintah sangat minim.

Akhirnya, apalah arti sebuah piala Adipura jika niat yang sungguh-sungguh dari Pemerintah dan Masyarakat Kota Tanjungpinang tidak memperdulikan hal-hal yang lebih mendasar itu? Tujuan akhir kita bukan untuk meraih piala demi piala, tetapi kita ingin melihat kota kita, tempat kita hidup dan mewujudkan segala impian kita berkembang lebih bersih, lebih indah dan lebih manusiawi. Barangkali kita tidak butuh piala Adipura, yang kita butuhkan adalah kerja-kerja nyata pemerintah utamanya membuat regulasi tata kota yang baik dan dapat diandalkan hingga jauh ke depan, dan partisipasi masyarakat Kota Tanjungpinang menjaga agar lingkungan terjaga dengan baik.

Bagaimana pun budaya masyarakat yang tidak perduli dengan lingkungan, yang sesuka hati membuang sampah, yang sekehendak hati mendirikan bangunan tanpa memperhatikan tata lingkungan yang benar, menjadi penyebab utama menurunnya kualitas sebuah kota.

Kita tidak butuh Piala Adipura, kita lebih membutuhkan revolusi kebiasaan/sifat tak peduli lingkungan yang selama ini telah berjalan cukup lama. Akhirnya, yang kita butuhkan adalah pendidikan, pencerahan jiwa, bukan Piala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar