Senin, 07 April 2014

"BIAYA SIRAMAN FAJAR"

Dalam hatiku, saya marah semalam. Bertemu dengan 1 orang sahabat yang telah kunkenal kepribadiannya sejak 10 tahun lalu.

Teman yang saya kenal ini adalah calon anggota legislatif di daerah pemilihan Bintan. Dengan raut wajah yang sulit saya baca, entah senyum atau sedang nelangsa, ia mengatakan " "Saya sudah habis dekat 700 juta". Dia pun mencoba mengungkapkan maksud ingin meminjam dana kepada saya karena sangat dibutuhkan untuk "biaya siraman fajar", demikian ia menjelaskan. "Masih kurang sekitar 100 juta lagi, paling lambar Selasa sudah harus dibagikan" ujar teman saya itu.



Saya sangat faham, teman saya ini "dipaksa" oleh keadaan mengeluarkan biaya poltik sebesar itu untuk merebut kursi anggota DPRD Kab. Bintan. Hati saya marah...sedih tak mampu kuungkapkan.

Kesedihan yang makin mendalam, saya berfikir, seandainya teman saya itu berhasil duduk di lembaga DPRD nanti, sebaik-baiknya teman saya ini, tetap saja ia kembali "terpaksa" untuk yang kedua kalinya : Terpaksa Mengembalikan Modal.

Dengan gaji dewan sekitar 20. jt per bulan dibutuhkan waktu 35 bulan untuk hanya kembali modal. Itu baru sebatas kembali modal. Hitung-hitungan ekonomi, setiap investasi harus untung. Saya bisa membayangkan, sebaik-baiknya kualitas iman teman saya ini, jika ia duduk nanti, tidak sempat dan tidak lagi ia memiliki hasrat mengupayakan kebaikan bagi rakyat. Alasannya, ingin mendapatkan untung dari sedemikian besarnya investasi yang telah ia keluarkan sebelumnya.

Jika ia tidak berhasil duduk, nelangsalah dirinya, istrinya, anak-anaknya atau mungkin keluarganya yang lain. Sementara mereka yang menerima sejumput uang dari teman saya itu, tidak jua mengalami kemajuan apa-apa.

Akhirnya lagi-lagi muncul "terpaksa" yang ke tiga kali. Kita masih terjebak dalam demokrasi jaman jahiliyah yang pasti akan menghasilkan buah yang masam dan pahit. Itulah yang membuat saya marah dan kecewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar