Kamis, 03 April 2014

PELAJARAN MORAL DARI GUNUNG SINABUNG



Sempat termenung speechless mendengar 7 orang kader GMKI meninggal dunia dalam bencana gunung sinabung beberapa waktu lalu. Saya lantas berfikir, di jaman serba egois masa ini, masih ada segelintir orang, dari kelompolk mahasiswa, yang kini sudah langka kita temuai, yang meneladankan sikap patriotisme menolong orang lain, sekalipun mempertaruhkan nyawanya sendiri. Sementara pejabat kita, bahkan diri kita juga, telah terbiasa dengan sibuk mengurusi dirinya sendiri, partainya sendiri, kelompoknya sendiri, sukunya sendiri, bisnisnya sendiri, bahkan hasratnya sendiri.


Tiba-tiba saya merasa diri saya begitu kecil dan kerdil dibanding dengan 7 mahasiswa yang meninggal itu. Sebagai kader GMKI di Cabang Palangkaraya dulu, saya jadi teringat : Sikap rela berkorban demi orang lain, tidak memikirkan diri sendiri, naluri menjangkau yang tersesak dan kesusahan adalah buah dari pendidikan GMKI. Kita patut berterima kasih kepada ke 7 Mahasiswa GMKI yang meninggal dunia itu, karena meraka telah menyampaikan pesan kepada kita melalui kematian mereka bahwa hidup yang indah adalah hidup yang melayani, memperbaiki, meringankan beban yang ditimpa kesusahan, sekalipun kita tidak mendapatkan apa-apa dalam mengupayakannya.

Selamat jalan kawan, semoga keteladanan yang kalian wariskan kepada kami membawa secercah harapan bagi bangsa ini. Semoga pengorbanananmu mampu membangkitkan moral bangsa yang kini telah tercabik-cabik. Saya yakin, kalian akan bertemu dan duduk di samping Sang Khalik di Surga saat ini.

Oleh karenanya, kita patut berdoa bagi ibu orang tua dari ke 7 mahasiswa yang telah meninggal itu, karena dari rahim mereka telah lahir pejuang kehidupan nyata, tanpa tanda jasa. Pun ke 7 Mahasiswa itu tidak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, tidak diiringi dengan dentuman meriam atau senapan laras panjang pada saat jasadnya diturunkan ke liang lahat. Tapi mereka tetap pejuang sejati bagi saya. Pejuang yang meneladankan arti hidup yang sebenarnya, pejuang kemanusiaan yang bernilai universal.

Saya pun jadi tersadar, tidak semua Ibu diberi kesempatan melahirkan anak yang pejuang, yang patriotis, yang merelakan nyawanya untuk orang lain. Para Ibu mahasiswa itu juga adalah pejuang. Pejuang yang mampu menahan perih dan pilu di hati dan sekaligus merelakan yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu anak-anak mereka, sebagai teladan bagi kita semua. Sekali lagi, terima kasih atas pelajarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar