SEMUA ANAK DICIPTAKAN PINTAR
Ada
banyak cara untuk menjadi pintar, tidak hanya diukur dengan nilai/angka yang
diperoleh anak dalam ujian mata pelajaran di sekolah. Jika guru dan orang tua
menganggap dan berfikir bahwa anak yang pintar adalah apabila anak-anak
mendapat nilai angka 8, dan 9 pada setiap ujian mata pelajarannya, maka itu
bermakna pula bahwa guru dan orang tua lain menganggap dan berfikir bahwa anak
yang mendapat angka 4, dan 5 pada ujian mata
pelajran yang sama sebagai anak bodoh.
Bodoh dan pintar tidak dapat diukur dengan angka-angka itu, sebab setiap anak adalah pintar dan cerdas pada derajat yang berbeda-beda. Maka, sebagai orang tua maupun guru, kita sama sekali tidak berhak memberikan stigma pintar dan bodoh kepada anak didik. Mereka semua pintar dan cerdas dalam cara yang berbeda-beda, dan kepintaran dan kecerdasan itu tidak perlu diseragamkan, sebab dunia dimana kita hidup saat ini dan di masa yang akan datang sangat membutukan beragam kepintaran dan keahlian.
Biarkan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan berbagai ragam dan warna sesuai dengan bakat dan keahlian mereka. Kita sebagai guru dan orang tua cukup medorong dan memfasilitasi anak untuk mencintai dirinya dan mengembangkan potensi dirinya, bukan membebani mereka dengan setumpuk tugas dan perintah yang memberatkan dan menjadikan hari-hari mereka tersiksa tanpa ceria.
Sebagai orang tua dan guru, jangan sampai kita lebih berperan sebagai beruang kutub atau mancan tutul daripada berperan sebagai sahabat anak yang setiap saat dapat mereka andalkan ketika mereka membutuhkan bantuan, dorongan, kasih sayang, pengertian, pendampingan, motivator, inspirator untuk mengarungi dunia yang luas ini.
Orang tua dan Guru adalah penentu sukses tidaknya masa depan anak-anak kita. Setiap orang tua dan Guru berpotensi menjadi inspirator dan motivator bagi anak, namun hati-hati, pada sisi sebaliknya, bila cara berfikir kita kerdil dan sempit, dapat pula menjadi senjata ampuh penyebab hancur leburnya masa depan anak. Tinggal kita pilih, mau jadi orang tua atau guru motivator dan inspirator atau sebaliknya, menjadi rudal patriot penghancur masa depan generasi penerus kita.
Bodoh dan pintar tidak dapat diukur dengan angka-angka itu, sebab setiap anak adalah pintar dan cerdas pada derajat yang berbeda-beda. Maka, sebagai orang tua maupun guru, kita sama sekali tidak berhak memberikan stigma pintar dan bodoh kepada anak didik. Mereka semua pintar dan cerdas dalam cara yang berbeda-beda, dan kepintaran dan kecerdasan itu tidak perlu diseragamkan, sebab dunia dimana kita hidup saat ini dan di masa yang akan datang sangat membutukan beragam kepintaran dan keahlian.
Biarkan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan berbagai ragam dan warna sesuai dengan bakat dan keahlian mereka. Kita sebagai guru dan orang tua cukup medorong dan memfasilitasi anak untuk mencintai dirinya dan mengembangkan potensi dirinya, bukan membebani mereka dengan setumpuk tugas dan perintah yang memberatkan dan menjadikan hari-hari mereka tersiksa tanpa ceria.
Sebagai orang tua dan guru, jangan sampai kita lebih berperan sebagai beruang kutub atau mancan tutul daripada berperan sebagai sahabat anak yang setiap saat dapat mereka andalkan ketika mereka membutuhkan bantuan, dorongan, kasih sayang, pengertian, pendampingan, motivator, inspirator untuk mengarungi dunia yang luas ini.
Orang tua dan Guru adalah penentu sukses tidaknya masa depan anak-anak kita. Setiap orang tua dan Guru berpotensi menjadi inspirator dan motivator bagi anak, namun hati-hati, pada sisi sebaliknya, bila cara berfikir kita kerdil dan sempit, dapat pula menjadi senjata ampuh penyebab hancur leburnya masa depan anak. Tinggal kita pilih, mau jadi orang tua atau guru motivator dan inspirator atau sebaliknya, menjadi rudal patriot penghancur masa depan generasi penerus kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar