Ada
banyak pemimpin yang mengalami penyakit tujuan. Mereka beranggapan bahwa
mereka telah "sampai" pada tujuan setelah meraih suatu posisi atau
kekuasaan. Saat mereka menduduki posisi/kekuasaan, lalu berhenti atau
menurun konsistensi dan semangatnya berjuang untuk mewujudkan impiannya
sebelum memimpin/berkuasa.
Mereka seperti mabuk posisi/jabatan hingga
kehilangan arah. Yang dulu penting, saat ini
menjadi tidak penting. Yang dulu tidak perlu, saat ini terasa sangat
mendesak. Dulu berapi-api, kini berobah menjadi temaram, lalu redup dan
akhirnya mati total, dan tak terasa masa jabatan pun berakhir. Untuk
memulai merebut periode posisi/jabatan berikutnya, semangat mulai
berkobar kembali.
Bahasanya gampang : Periode yang lalu tidak cukup bagi
saya untuk mewujudkan visi yang begitu mulia. Saya membutuhkan waktu
satu periode lagi, maka impian itu akan saya wujudkan. Anehnya,
masyarakat kita pun terbuai dengan pesona pemimpin yang demikian. Mudah
ditebak, setelah terpilih untuk kedua kalinya, ia kembali masuk dalam
nikmat jabatannya sendiri. Lagi-lagi penyakit tujuan itu kambuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar